- Proses Pengolahan Zat Warna Alam Dari Tumbuh - Tumbuhan Sebagai Pewarna Alam Batik
Dengan menggunakan pewarna alam maka kain batik warna alam jauh lebih kuat, nyaman dan aman dipakai, serta berharga ekonomis lebih tinggi. Manfaat terbesar yaitu lingkungan sekitar proses produksi batik tidak tercemari limbah hasil proses produksi batik yang berbahaya.
Ada dua cara pengolahan zat warna alam dari tumbuh-tumbuhan:
1. Pertama melalui ekstraksi. Bahan yang berasal dari batang, ranting, kulit akar, daun, buah, kulit buah, biji, bunga, dipotong-potong kecil berbentuk chips, lalu direbus. Proses perebusan minimal 12 jam.
2. Kedua, fermentasi. Pengambilan zat warna alam secara fermentasi (pembusukan) hanya berlaku untuk jenis zat pewarna indigotin yang terdapat pada tumbuh tumbuhan indigofera tinctoria ( nilam ). Proses pengolahannya, daun dan ranting indigofera tinctoria dipotong pada pagi hari, lantas direndam di dalam bak atau ember selama 24 jam. Kemudian ambil ranting dan daun, larutan dilebur dengan cara mengambil dan menuang larutan dengan penakar sambil diberi kapur tohor. Lama peleburan 2 jam, kemudian didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya larutan disaring, sehingga terjadi pasta indigo yang siap digunakan untuk pewarnaan.
sumber artikel ikm.depperim.go.id
http://www.flickr.com/photos/gigadesign/2764363467/
Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto dalam bukunya Sumber Daya Nabati Asia Tenggara Nn.3 (tumbuhan-tumbuhan penghasil pewarna dan tannin,1999), sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan, di dalam tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Pada umumnya olongan pigmen tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon. Pewarna nabati yang digunakan untuk mewarnai tekstil dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe menurut sifatnya :
1. Pewarna langsung dari ikatan hydrogen dengan kelompok hidroksil dari serat; pewarna ini mudah luntur contohnya (kurkumin)
2. Pewarna asam dan basa yang masing-masing berkombinasi dengan kelompok asambasa wol dan sutra; sedangkan katun tidak dapat kekal warnanya jika diwarnai; contohnya adalah pigmen-pigmen flavonoid.
3. Pewarna lemak yang ditimbulkan kembali pada serat melalui proses redoks, pewarna ini seringkali memperlihatkan kekekalan yang istimewa terhadap cahaya dan pencucian (contohnya tarum).
4. Pewarna mordan yang dapat mewarnai tekstil yang telah diberi mordan berupa senyawa etal polivalen; pewarna ini dapat sangat kekal contohnya alizarin dan morindin.
Dalam pencelupan dengan zat warna alam pada umumnya diperlukan pengerjaan mordanting pada bahan yang akan dicelup / dicap dimana proses mordanting ini dilakukan dengan merendam bahan kedalam garam-garam logam, seperti aluminium, besi, timah atau krom. Zat-zat mordan ini berfungsi untuk membentuk jembatan kimia antara zat warna alam dengan serat sehingga afinitas zat warna meningkat terhadap serat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian perubahan sifat fisika dan kimia kain sutera akibat pewarna alami kulit akar mengkudu yang dilakukan Tiani Hamid dan Dasep mukhlis (2005) menunjukkan bahwa penggunaan mordan dapat mengurangi kelunturan warna kain terhadap pengaruh pencucian. Hal ini menunjukkan senyawa mordan mampu mengikat warna sehingga tidak mudah luntur.
http://naturalhandycraftjogja.wordpress.com
- Contoh dan foto tumbuhan untuk pewarna alam batik
1. Kunyit / Kunir / Curcuma ( biasanya untuk warna kuning )
http://www.flickr.com/photos/j-genee/1550480322/
http://www.flickr.com/photos/jjap/1214097387/
4. Kulit Pohon Soga Jambal ( untuk warna coklat )
5. Daun Jambu Biji ( untuk warna hijau atau kemerahan )
http://www.flickr.com/photos/fadmanaf/2406642179/
7. Kesumba atau Pacar ( warna merah terang )
8. Daun Urang - Aring
0 comments:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Post a Comment